Ad Code

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Mengunjungi rumah Soekarno di Ende

Rumah Pengasingan Bung Karno

Lalu setelah dari taman renungan Pancasila, kami hanya perlu berjalan sekitar 300meter untuk tiba di rumah pengasingan bung Karno. Rumah Pengasingan Soekarno yang adalah tujuan wajib jika berkunjung ke Ende.

tampak depan

taman penuh bunga-bunga

Dari depan, rumah ini sangat sederhana, dengan kanopi garis-garis berwarna putih dan hijau. Rumput di halaman hijau, potong rapi, tambah kesan sejuk dan asri dengan banyak bunga-bunga di taman.

Bung Karno tinggal di rumah ini selama empat tahun (1934-1938) ditemani oleh Istrinya, Inggit Garnasih, anak angkatnya, Ratna Djuami dan Ibu Mertuanya, Amsi. Rumah berukuran 19 x 8 meter di Jalan Perwira yang dulunya merupakan milik Haji Abdullah Amburawu.

Rumah ini menjadi  saksi bisu perjuangan Bapak proklamator kita, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno.

etalase kaca di ruang depan
Dimulai dari pintu masuk, ada satu ruangan besar yang berisi etalase kaca dimana barang-barang Bung Karno tertata rapi di dalamnya. Mulai dari biola, ukiran kaki meja, setrikaan, piring, catatan-catatan Ratna sampai surat kawin dan surat cerai Bung Karno dan Inggit Garnasih. 







Bung Karno dan anak-anak di Flores 

Ada satu lukisan di rumah ini yang dilukis sendiri oleh bung Karno. Lukisan Pura Bali, untuk mengenang ibunda Bung Karno, yang berasal dari Bali, Ida Ayu Nyoman Rai.


Lukisan Bung Karno 

 Ada foto-foto potret Bung Karno dan Inggit Garnasih terpajang di rumah.

foto Bung Karno



Di tengah ruangan, ada satu kotak kaca dengan dua tongkat kayu di dalamnya. Di situ dituliskan tongkat yang bermotif polos adalah tongkat yang dipakai Bung Karno saat pergi ke luar kota.

Sementara tongkat dengan kepala monyet, pakai Bung Karno saat bertemu dengan kolonial Belanda.

Katanya, setiap bertemu dengan para penjajah itu, Bung Karno tidak akan membungkukkan badan atau memberi hormat. Dia hanya menganggukkan tongkat kepala monyetnya ke arah mereka dengan maksud menghina atau merendahkan para penjajah. 







Masuk ke bagian tengah rumah ada kamar di sisi kiri dan kanan. Sebelah kiri adalah kamar tidur Ibu Amsi dan Ratna Djuami. Sedang di sisi kanan adalah tidur Bung Karno dan Inggit Garnasih. Tempat tidurnya terbuat dari rangka besi, dipakaikan sprei dan kelambu berwarna putih.








Di bagian belakang rumah, ada ruang semedi dan sholat Bung Karno dan peralatan yang bisa dicoba dapur dan sumu. Konon katanya, di dalam ruangan semedi itu, ada bekas tangan Bung Karno saat sedang beribadah.



sumur dan halaman belakang rumah bung Karno

Ada satu etalase kaca penuh dengan buku-buku Bung Karno.



Rumah yang dibangun pada tahun 1927 ini sudah beberapa kali direnovasi. DIresmikan 16 Mei 154 oleh Bung Karno sendiri, terakhir dilakukan pemugaran yang diresmikan oleh Pak Budiono, Wakil Presiden saat itu, tanggal pada tanggal 1 Juni 2013, perayaan Hari Lahirnya Pancasila.






Benda-benda bersejarah yang pernah dipakai Bung Karno









Ke rumah pengasingan Bung Karno rasanya seperti kembali ke masa lalu, bener-bener masa perjuangan. Mengunjungi rumah pengasingan salah satu proklamator negeri ini, semakin menyadarkan perjuangan para pahlawan harus kita teladani.

Happy travelling

@daisyjuliaaa - she became more, more more love her beautiful country thru all heroes sacrifices.

Post a Comment

0 Comments